Kamis, 15 Maret 2012

Nicky Astria: Lengking Kehidupan Nicky Astria (Bagian 4)

 
 

LADY ROCKER YANG MELEJIT

LADY ROCKER BARU TELAH LAHIR

Bak sebuah bidak catur, Nicky hanya melakoni saja langkah demi langkah yang dikehendaki oleh sang pemain catur. Saat Bucky mengabarkan bahwa ia akan dikontrak rekaman lagu pop rock, lagi-lagi ia hanya melakoninya sebaik mungkin. Ia menyadari, musik ini sangat ‘jantan’ dan dikenal sebagai musiknya laki-laki. Tidak seperti umumnya para calon bintang yang kegirangan mendapat kesempatan rekaman, Nicky justru menanggapinya dengan biasa-biasa saja.

Ternyata, esok harinya, Nicky langsung diminta menandatangani kontrak rekaman oleh Nugroho, tepatnya pada pertengahan 1984. Saat itu usianya masih 17 tahun. Agar lebih komersial, nama Nicky Nastiti Karya Dewi diubah menjadi Nicky Astria, yang artinya dewi keberuntungan. Album pertama itu berjudul Semua dari Cinta karya Tarida Hutauruk, dan musiknya digarap Jelly Tobing. Di sinilah untuk pertama kalinya ia mengenal langsung orang-orang musik yang dikenal sangat atraktif, antara lain Ian Antono, Titiek Hamzah, dan Dodo Zakaria.

Album perdananya itu memang belum berhasil mengagetkan pasar musik Nusantara. Lagi-lagi Nicky menanggapinya dengan biasa-biasa saja, tak ada kekecewaan sedikit pun. Namun, tampaknya dewi keberuntungan memang tidak ingin jauh-jauh dari diri wanita berbintang Libra ini. Diam-diam ia dilirik oleh perusahaan rekaman lain yang cukup ternama, yaitu Billboard. Memang mengejutkan, karena sebelumnya perusahaan rekaman ini dikenal hanya merekam lagu-lagu asing. “Saya penyanyi Indonesia pertama yang dikontrak perusahaan ini,” papar Nicky, tanpa maksud menyombongkan diri.

Ia pun kembali masuk dapur rekaman, dan lahirlah album Jarum Neraka (1985). Di luar dugaan, album ini meledak, sesuatu yang sangat langka pada pasar lagu-lagu jenis pop rock. Album ini akhirnya berhasil meraih angka penjualan tertinggi dan melambungkan nama Nicky ke jajaran penyanyi pop rock kelas atas.

Kata orang, Nicky memang muncul di saat yang tepat. Euis Darliah meninggalkan tanah air dan menetap di luar negeri, sementara pamor Renny Jayusman dan Sylvia Sarche sudah mulai memudar. Karena itu, pasar musik rock yang tengah lapar itu pun melahap album Nicky. Kebetulan lagu-lagu yang disuguhkan pun memenuhi selera penikmat musik di tanah air. Selanjutnya, Nicky seakan melenggang sendirian sebagai lady rocker. Selain berparas jelita, suaranya pun prima dan penampilannya energik. Tak heran bila nama mojang Bandung ini melesat tak terkendali menuju puncak.

Meski awalnya setengah hati, tanpa disadari, Nicky mulai menemukan kenikmatan dan keasyikan tersendiri saat menyanyi di atas panggung. Selain namanya kerap dielu-elukan penonton, penggemarnya pun mulai menjamur. Puluhan surat datang ke alamat rumahnya setiap hari. Hal yang bisa membuat siapa pun ‘mabuk’. Untunglah, sejak awal Bucky sudah mengingatkan, “Kalau kamu larut dalam gemerlapnya keartisan, pada saat jatuh kamu akan mengalami post power syndrome. Karena itu, kamu harus terus membiasakan diri menjadi orang biasa. Di atas panggung, kamu boleh bersikap sebagai artis. Di luar itu, bersikaplah yang wajar. Ini Indonesia, bukan Amerika!”

Pesan kakaknya ini sangat dipegang oleh Nicky. “Lagi pula, kalau saya harus terus-menerus bersikap sebagai artis, rasanya terlalu berat dan bisa-bisa saya stres sepanjang waktu. Saya tak keberatan bila harus pergi naik angkot atau bus, atau harus mengantre tiket di stasiun atau bandara. Saya masih bisa, kok, menyeberang naik jembatan penyeberangan. Saya bahkan pernah naik ojek bersama suami (pertama) saat pulang nonton sepak bola di Gelora Bung Karno, Senayan. Tidak ada masalah!”

MENYANYI SESUAI MOOD
Lagu Jarum Neraka dan Tangan Setan (keduanya ciptaan Ian Antono dan Areng Widodo) berhasil merajai pasar kaset tahun 1985 –1986. Selain berhasil meraup banyak keuntungan, Nicky pun berhasil meraih berbagai penghargaan. Sejak tahun 1985 hingga 1987, setiap tahun Nicky menyabet BASF Award sebagai Penyanyi Rock Wanita Terbaik. Dari album itu, ia juga berhasil meraih AMI Award. Dari dua albumnya yang dibuat pada tahun 1995 dan 1998, Nicky juga berhasil meraih predikat Penampilan Video Terbaik dan Penyanyi Terpopuler versi majalah musik Populer. Gelar Penyanyi Rock Wanita Terbaik juga diberikan oleh pembaca majalah Gadis selama lima kali berturut-turut (1986-1991).

Tak heran, jadwal manggung-nya tiba-tiba menjadi sangat padat. Ia sudah naik panggung di hampir seluruh kota besar Nusantara. Berbeda dari kebanyakan artis yang sering memanfaatkan masa-masa kejayaan mereka dengan menerima job manggung sebanyak-banyaknya, Nicky justru akan menolak apabila dalam sehari ia harus tampil di tiga-empat tempat sekaligus. “Jujur saja, saya sangat bergantung pada mood kalau mau tampil,” tuturnya. “Biar dibayar sebanyak apa pun, kalau saya tidak mau, ya, tidak mau. Selain itu, dari dulu saya selalu pilih-pilih acara. Saya tidak peduli kalau saya lantas dianggap tidak profesional.”

Selain itu, Nicky juga tidak mau tampil mengisi acara tahun baru, atau, lebih-lebih, menyambut Lebaran. Padahal, bagi sebagian besar artis, acara tahun baru merupakan panen rezeki. “Saya tidak mau acara bersama teman-teman dan keluarga terganggu. Saya memang pernah sekali-dua kali tampil mengisi acara tahun baru, tapi saya justru sangat tidak enjoy. Mungkin, saya dianggap aneh, tapi itulah saya. Saya tidak mau terlalu ngoyo. Tanpa ngoyo pun penghasilan saya sudah lebih dari cukup,” katanya, santai.

Pada awal kariernya, semua kegiatan Nicky diatur oleh kakaknya, Bucky, bersama ibunya. Selain mengatur jadwal rekaman dan manggung, merekalah yang membelanjakan semua keperluan Nicky, baik baju untuk show maupun alat make-up-nya. “Ke mana pun, saya tidak boleh pergi sendirian, harus ditemani salah satu dari mereka,” ujar Nicky, tertawa. Ia baru diizinkan pergi dan mengangkat manajer sendiri saat usianya memasuki 22 tahun. Ia mengangkat Liesda, sahabatnya saat di Bandung, untuk menjadi manajernya. “Tapi, harus dicoba dulu sebulan. Kalau saya dianggap sudah bisa jaga diri, barulah mereka bisa benar-benar melepas saya,” tambahnya.

Ketika masih menetap di Bandung, Nicky memang tidak betah lama-lama tinggal di Jakarta. Karena itu, “Alhamdulillah, sejak dulu saya memang tidak suka bergaul dengan orang yang aneh-aneh. Meski dikenal sebagai rocker yang sering dianggap liar, saya tidak suka merokok, apalagi minum minuman keras atau obat-obatan terlarang,” tegasnya.

Menurut Nicky, keputusannya untuk tidak merokok dan minum minuman keras bukan semata untuk menjaga kesehatan, ‘sok suci’, atau takut pada keluarganya. Apalagi, ayahnya termasuk perokok berat dan semua saudara laki-lakinya juga merokok.

“Alasan sebenarnya, tubuh saya memang tidak bisa ‘bekerja sama’ dengan asap rokok dan alkohol. Saya pernah ikut-ikutan merokok bersama teman, tapi setelah itu bengek (asma, Red) saya langsung kambuh. Saya juga pernah mencicipi minuman keras, karena hampir semua manajer dan teman-teman saya minum. Tapi, baru seteguk saja, wajah saya langsung memerah seperti mau pecah. Tubuh saya betul-betul tidak bisa menikmati itu semua, termasuk obat-obatan terlarang. Alhamdulillah, rupanya Allah melindungi saya dengan cara-Nya sendiri....”           

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar